INTERAKSI SOSIAL
Pengertian
Pengertian interaksi sosial
menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan
antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok, maupun antara orang
perorangan dengan kelompok. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai
pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau
bahkan mungkin berkelahi.
Interaksi sosial tidak selalu
ditandai dengan mengadakan kontak muka atau berbicara, tetapi interaksi sosial
bisa terjadi manakala masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang
menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan orang-orang yang bersangkutan,
yang disebabkan misalnya karena bau minyak wangi. Hal itu bisa menimbulkan
kesan di dalam fikiran seseorang, yang kemudian menentukan tindakan apa yang
akan dilakukannya.
nterkasi yang terjadi antar
kelompok-kelompok manusia, misalnya pada tawuran antar pelajar satu sekolah
dengan sekolah lain, peperangan antar etnis, pertikaian kelompok masyarakat
dengan kelompok masyarakat lain, pertemuan para senat mahasiswa perguruan
tinggi se Indonesia, pertemuan perguruan tinggi dengan pemerintah daerah
setempat dll.
Interaksi yang terjadi antar
orang perorangan dengan kelompok, misalnya interaksi dosen dengan mahasiswanya
di dalam kelas, interaksi seorang pembicara dalam seminar dengan peserta
seminar dll.
Syarat-syarat terjadinya
interkasi sosial
Interaksi sosial terjadi
setidaknya memenuhi dua syarat :
1. Adanya kontak sosial
Secara fisik kontak sosial bisa
berarti sebagai kontak yang terjadi hubungan badaniah; sementara sebagai gejala
sosial tidak perlu adanya hubungan badaniah, oleh karena seseorang dapat
mengadakan hubungan dengan fihak lain tanpa menyentuhnya. Misalnya seseorang
yang berbicara melalui telepon, e-mail, surat, radio dll. Bahkan dapat
dikatakan bahwa hubungan badaniah tidak perlu menjadi syarat adanya kontak.
Jadi kontak merupakan tahap pertama terjadinya interaksi sosial. Kontak terjadi
misalnya kontak antara suatu pasukan dengan pasukan musuh. Ini berarti bahwa
masing-masing pihak telah mengetahui dan sadar akan kedudukan masing-masing dan
siap untuk bertempur (yang biasanya disebut kontak bersenjata)
Kontak sosial dapat berlangsung
dalam tiga bentuk, yaitu :
(1) antara orang perorangan,
misalnya apabila anak kecil diajarkan oleh orang tuanya mengenai sopan santun,
kebiasaan-kebiasaan dalam keluarganya; dua orang saling berbicara dll.
(2) Antara orang perorangan
dengan suatu kelompok atau sebaliknya.
Misalnya ketua partai politik
menyuruh para anggota-anggota paartainya untuk menyesuaikan diri dengan
ideologi/program partai
(3) Antara suatu kelompok dengan
kelompok lainnya.
Misalnya dua atau lebih partai
politik berkoalisi untuk mengalahkan partai politik yang lain.
Selain itu suatu kontak dapat
pula bersifat primer dan sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang
mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka, seperti misalnya
apabila orang-orang tersebut berjabat tangan, saling senyum dll. Sebaliknya
kontak sekunder memerlukan perantara. Misalnya A berkata kepada B, bahwa C
mengagumi kepintarannya bermain catur. A sama sekali tidak bertemu dengan C
akan tetapi terjadi kontak antara mereka, karena masing-masing memberi
tanggapan, walaupun dengan perantaraan B. Hubungan sekunder misalnya bisa
dilakukan juga melalui telepon, radio, e-mail dll. Akan tetapi apabila A
meminta tolong kepada B supaya diperkenalkan dengan gadis C, maka kontak
tersebut bersifat sekunder tidak langsung.
2. Adanya komunikasi
Komunikasi merupakan proses
penyampian pesan dari komunikator (penyampai) pesan) kepada komunikan (penerima
pesan). Komunikasi berlangsung apabila seseorang menyampikan suatu stimulus
(rangsang) yang kemudian memeproleh arti tertentu yang dijawab (respon) oleh
orang lain.
Komunikasi diartikan bahwa
seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (bisa berupa
pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap); dan perasaan-perasaan apa yang
ingin disampikan oleh orang tersebut. Orang tersebut kemudian memberikan
respon/reaksi terhadap apa yang disampaikan. Misalnya apabila seorang gadis
menerima seikat bunga, secara spontan ia akan mencium bunga tersebut; akan
tetapi yang menjadi pertanyaan dari gadis tersebut adalah siapa yang mengirim
bunga tersebut, dan apa yang menyebabkan dia mengirimkannya. Apakah bunga
tersebut dikirimkan sebagai tanda cinta, perhatian, untuk mendamaikan suatu
perselisihan, untuk peringatan hari ulang tahun, untuk memenuhi janji, sebagai
tanda simpati atas kesehatan seseoraang dll. Apabila gadis tersebut tidak dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka dia-pun tidak tahu apa yang akan
dilakukannya, dan selama itu juga belum terjadi komunikasi.
Dalam komunikasi terjadi pula
berbagai macam penafsiran terhadap tingkah laku orang lain. Misalnya seulas
senyum bisa ditafsirkan sebagai keramahtamahan, sikap bersahabat. Lirikan bisa
ditafsirkan bahwa mungkin orang tersebut tidak senang atau malah sebaliknya
menunjukkan ketertarikan.
Dasar Berlangsungnya Interaksi
Sosial
Dasar berlangsungnya proses
interaksi sosial didasarkan pada berbagai faktor yaitu :
1. Imitasi
Imitasi adalah proses meniru yang
menyebabkan terjadinya interaksi sosial.
2. Sugesti
Sugesti adalah proses
mempengaruhi dari seseorang kepada orang lain. Prosesnya akan efektif apabila
penerima sugesti dalam kedudukan lebih rendah, dalam keadaan mental yang tidak
seimbang, atau apabila pemberi sugesti adalah orang yang lebih berwibawa.
3. Identifikasi
Identifikasi adalah kecenderungan
untuk menjadi sama dengan orang lain yang menjadi idolanya. Identifikasi
sifatnya lebih mendalam dari imitasi, oleh karena kepribadian seseorang dapat
terbentuk pada proses ini.
4. Simpati
Simpati merupakan proses di mana
seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Ketertarikan menyebabkan orang
cenderung untuk ingin selalu berhubungan.
Hal-hal tersebut di atas
merupakan faktor-faktor minimal yang menjadi dasar bagi berlangsungnya proses
interaksi sosial, walaupun di dalam kenyataannya proses tadi memang sangat
kompleks, sehingga kadang-kadang sulit mengadakan pembedaan tegas antara
faktor-faktor tersebut.
5.4. Bentuk-bentuk Interaksi
Sosial
Bentuk-bentuk interaksi sosial
dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition), pertentangan
(conflict). Secara rinci bentuk-bentuk interaksi sosial adalah sebagai berikut
:
1. Kerjasama (cooperation)
Kerjasama maerupakan suatu usaha
bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau
beberapa tujuan bersama. Bentuk kerjasa antara lain : bargaining, cooptation,
coation, dan joint venture.
(a) Bargaining adalah pelaksanaan
perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara dua
organisasi atau lebih
(b) Cooptation adalah suatu
penerimaan unsur baru dalam kepemimpinan baru dalam organisasi atau kehidupan
politik
(c) Coalition adalah penggabungan
dua organisasi atau lebih untuk mencapai tujuan bersama
(d) Joint venture adalah
kerjasama dalam pendirian atau penyelesaian proyek-proyek tertentu.
2. Akomodasi
Akomodasi bisa menunjuk sebagai
suatu keadaan atau proses. Akomodasi sebagai suatu proses adalah usaha untuk
meredakan suatu pertentangan, dalam mencapai kestabilan. Akomodasi sebagai
suatu keadaan adalah apabila antara dua kelompok yang saling bertentangan
berhenti tidak bertikai, tetapi masih dalam kondisi bertentangan. Bentuk-bentuk
akomodasi antara lain :
(a) Coercion (penggunaan paksaan
atau kekerasan)
Adalah suatu akomodasi yang
prosesnya dilaksanakan secara paksaan, di mana salah satu pihak menguasai pihak
lain.
(b) Compromise (kompromi)
Adalah suatu akomodasi di mana
pihak-pihak yang berlawanan saling mengurangi tuntutannya dengan mengadakan
kesepakatan-kesepakatan (kompromi)
(c) Arbritation (perwasitan)
Adalah penyelesaian melalui pihak
ketiga, apabila masing-masing pihak yang bertentangan tidak mampu menyelesaikan
sendiri.
(d) Mediation (mediasi)
Penyelesaian sengketa yang
menyerupai arbritation, tetapi pihak ketiga hanya sebagai perantara dan tidak
mempunyai kewenangan mengambil prakarsa.
(e) Conciliation (konsiliasi)
Adalah usaha untuk mempertemukan
keinginan pihak-pihak yang berselisih, agar tercapai persetujuan bersama.
(f) Toleration (toleransi)
Toleransi merupakan bentuk
akomodasi tanpa persetujuan bersama. Misalnya toleransi antarumat beragama di
Indonesia, masing-masing umat beragama berusaha menghindarkan diri dari
perselisihan.
(g) Stalemate (buntu)
Adalah pihak-pihak yang saling
bertentangan karena mempunyai kekuatan seimbang berhenti pada suatu titik
tertentu dalam melakukan pertentangan. Misalnya perang dingin anatar
Amerika-Rusia di masa lalu karena masalah nuklir
(h) Adjudication (keputusan
pengadilan)
Adalah penyelesaian perkara atau
sengketa melalui pengadilan.
3. Akulturasi
Membicarakan akulturasi lebih
tepat dalam kaitannyan dengan perubahan kebudayaan. Akulturasi terjadi apabila
suatui kelompok masyarakat dengan kebudayaan tertentu berinteraksi dengan
unsur-unsur kebudayaan asing yang dibawa kelompok lain, sehingga lambat laun
unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri,
tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan yang menyerapnya.
4. Asimilasi
Adalah proses sosial yang
ditandai dengan adanya usaha-usaha untuk mengurangi perbedaan antara
kelompok-kelompok yang berbeda tetapi sudah bergaul cukup lama. Asimilasi ideal
apabila kebudayaan-kebudayaan dari kelompok yang berbeda berubah saling
menyesuaikan diri.
Faktor-faktor yang mempermudah
terjadinya asimilasi :
1). Adanya toleransi
amsing-masing kelompok
2). Kesempatan dalam bidang
ekonomi yang seimbang
3). Sikap saling menghargai
kebudayaan amsing-masing
4). Sikap terbuka dan mau bekerja
sama
5). Adanya unsur-unsur kebudayaan
yang mirip atau memiliki persamaan
6). Antara kelompok yang berbeda
terjadi perkawinan
7). Adanya musuh bersama dari
luar, sehinggaa menodorng masing-masing kelompok untuk bersatu
Faktor-faktor yang mempersulit
terjadinya asimilasi :
1). Perbedaan ciri-ciri fisik
badaniah
2). Identitas sosial khas yang
terus-menerus dipertahankan
3). Dominasi ekonomi oleh
kelompok tertentu
4). Terisolasinya kelompok
tertentu dalam suatu kawasan, misalnya kelompok dengan tingkat ekonomi lebih
baik menghuni suatu kawasan pemukiman khusus (perumahan elit) akan menyulitkan
pembaauran dan asimilasi.
5. Persaingan
Persaingan adalah suatu proses
sosial di mana orang perorangan atau kelompok bersaing untuk memperebutkan
sesuatu yang jumlahnya terbatas. Persaingan perorangan disebut persaingan
pribadi, sedangkan persaingan yang tidak bersifat pribadi merupakan persaingan
antar kelompok, misalnya persaingan antara dua perusahaan dalam memperebutkan
daerah pemasaran.
6. Pertikaian atau pertentangan
Pertentangan (conflict) adalah
usaha menentang pihak lawan dalam mencapai tujuan. Bentuk-bentuk pertentangan
antara lain :
1). Pertentangan pribadi
2). Pertentangan rasial
3). Pertentangan antara
kelas-kelas sosial
4). Pertentangan politik
5). Pertentangan yang bersifat
internasional
Interaksi Sosial dalam Perspektif Teori
Interaksionisme Simbolik
Dalam mempelajari interaksi
sosial digunakan pendekatan tertentu, yang dikenal dengan nama interactionist
perspektive. Di antara berbagai pendekatan yang digunakan untuk mempelajari
interaksi sosial, dijumpai pendekatan yang dikenal dengan nama symbolic
interactionism (interaksionisme simbolik). Pendekatan ini bersumber pada
pemikiran George Herbert Mead. Dari kata interaksionisme tampak bahwa sasaran
pendekatan ini adalah interaksi sosial; sementara kata simbolik mengacu pada
penggunaan simbol-simbol dalam interaksi.
Simbol menurut Leslie White
didefinisikan sebagai “a thing the value or meaning of which is bestowed upon
by those who use it”. Jadi simbol merupakan sesuatu yang nilai atau maknanya
diberikan kepadanya oleh seseorang (mereka) yang mempergunakannya. Menurut
White makna atau nilai tersebut tidak berasal dari atau ditentukan oleh
sifat-sifat yang secara instrinsik terdapat di dalam bentuk fisiknya. Makna
suatu simbol, menurut White hanya dapat ditangkap melalui cara-cara non
sensoris; melalui cara-cara simbolis. Misalnya : makna suatu warna tergantung
mereka yang mempergunakannya. Warna merah, misalnya dapat berarti berani (dalam
bendera kita merah berarti berani, putih suci); namun dapat pula berarti
komunis (kaum merah); dapat pula berarti tempat pelacuran (daerah lampu merah).
Warna putih berarti suci; dapat pula berarti berkabung; dapat pula berarti
menyerah.
Makna-makna tersebut tidak dapat
ditangkap dengan panca indera; sebagaimana dikemukakan oleh White bahwa
makna-makna tersebut tidak ada kaitannya dengan sifat-sifat yang secara
intrinsik terdapat pada warna. Hal yang sama misalnya, air atau benda lain yang
dianggap suci. Kesucian hewan tertentu (misalnya sapi bagi orang India), atau
benda lain (seperti air, patung) tergantung pada makna yang diberikan oleh
pihak yang menggunakannya. Jadi kesucian suatu benda tidak ada hubungannya
dengan sifat-sifat intrinsik yang melekat pada benda tersebut.
Herbert Blumer salah seorang
penganut pemikiran Mead, berusaha menjabarkan pemikiran Mead mengenai
interaksionisme simbolis. Menurut Blumer pokok pikiran interaksionisme simbolik
ada tiga :
(1) Pertama manusia bertindak
(act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna (meaning) yang dipunyai sesuatu
tersebut baginya. Dengan demikian tindakan (act) seorang penganut agama Hindu
di India terhadap seekor sapi (thing) akan berbeda dengan tindakan seseorang
penganut agama Islam di Pakistan, karena masing-masing orang tersebut –
memiliki makna (meaning) yang berlainan terhadap sapi.
(2) Kedua Blumer mengemukakan
bahwa makna yang dipunyai sesuatu tersebut berasal atau muncul dari interaksi
sosial antara seseorang dengan sesamanya. Mengapa dalam masyarakat kita warna
merah bermakna berani, dan putih suci? Mengapa orang yang ideologinya radikal
sering disebut kiri? Makna yang diberikan orang pada konsep-konsep merah,
putih, kanan, kiri ini muncul dari interkasi sosial, Keberanian tidak melekat
pada warna merah (sebagai telah disebutkan, dalam konteks warna merah dapat
pula diartikan sebagai komunisme atau tempat pelacuran) dan pandangan ideologis
pun tidak ada kaitannya dengan arah kiri atau kanan.
(3) Ketiga Blumer mengemukakan
bahwa makna diperlakukan atau diubah melalui suatu proses penafsiran
(interpretative process), yang digunakan orang dalam menghadapi sesuatu yang
dijumpainya. Yang hendak ditekankan Blumer di sini ialah bahwa makna yang
muncul dari interaksi tersebut tidak begitu saja diterima oleh seseorang
melainkan ditafsirkan terlebih dahulu. Apakah seseorang akan menanggapi dengan
baik ucapan “selamat pagi” atau assalamualaikum, tergantung pada penafsirannya
apakah si pemberi salam tersebut beritikad baik ataukah beritikad buruk.
5.6. Definisi Situasi
Konsep lain yang juga penting
diperhatikan dalam pembahasan mengenai interkasi sosial ialah konsep definisi
situasi (the definitiation of the situation) dari William Isac Thomas (1968).
Berbeda dengan pandangan yang mengatakan bahwa interkasi manusia merupakan
pemberian tanggapan (response) terhadap rangsangan (stimulus), maka menurut
Thomas seseorang tidak segera memberikan reaksi manakala ia mendapat rangsangan
dari luar. Menurutnya tindakan seseorang selalu didahului suatu tahap penilaian
dan pertimbangan; rangsangan dari luar diseleksi melalui proses yang
dinamakannya definisi atau penafsiran situasi. Dalam proses ini orang yang
bersangkutan memberi makna pada rangsangan yang diterimanya itu. Misalnya dalam
proses ini orang yang memberi salam, maka rangsangan yang berupa ucapan
“selamat pagi” diseleksi dan diberi makna. Bila menurut definisi situasi
seorang gadis ucapan “selamat pagi” dari seorang pria yang belum dikenalnya
tidak dilandasi itikad baik, ia akan cenderung memberikan reaksi berupa
tindakan yang sesuai dengan penafsirannya-misalnya mengabaikan salam tersebut.
Dalam kaitannya dengan definisi
situasi ini, Thomas terkenal karena ungakpannya : “when men define situations
as real, they are real in the consequnces” – bila orang mendefinisikan situasi
sebagai hal yang nyata, maka konsekuensinya nyata. Yang dimaksudkannya di sini
ialah bahwa definisi situasi yang dibuat orang akan membawa konskeunsi nyata.
Thomas membedakan antara dua
macam definisi situasi : definisi situasi yang dibuat secara spontan oleh
individu, dan definisi situasi yang dibuat oleh masyarakat (definisi situasi
yang mengatur interaksi manusia). Definisi situasi dibuat oleh masyarakat –
keluarga, teman, komunitas. Thomas melihat adanya persaingan antara kedua macam
definisi situasi tersebut. Menurutnya moralitas yang berwujud aturan atau hukum
muncul untuk mengatur kepentingan pribadi agar tidak bertentangan dengan
kepentingan masyarakat.
Pertanyaan :
1. Mengapa diri disebut sebagai
produk interaksi sosial? Jelaskan jawaban anda dengan konsep diri.
2. Mengapa kadang seseorang
merasa perlu ”bersandiwara” dalam berinteraksi dengan orang lain? Jelaskan
jawaban anda dengan menggunakan konsep dramaturgi.
3. Mengapa kadang seseorang tidak
segera menjawab, ketika ia kedatangan tamu seorang laki-laki yang pakai kopiah
dan membawa map yang lusuh? Jelaskan jawaban anda menggunakan konsep definisi
situasi!
0 komentar:
Posting Komentar