JENIS KELAMIN DAN GENDER
Mengapa Gender Perlu diketahui?
Adanya perbedaan peran gender
secara sosial telah melahirkan perbedaan hak, tanggung jawab, peran, fungsi
bahkan ruang aktivitas laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Studi Margaret
Mead (antropolog) : ingin membuktikan bhw dlm kebudayaan masyarakat Barat
dikenal pembedaan kepribadian laki-laki & perempuan berdasar jenis kelamin.
Karena itu ia meneliti 3 kelompok etnik di Papua Timur Laut (1965) Hasil
penelitan mead menunjukkan bhw ketiga suku Arapesh (tinggal di pegunungan),
Suku Mundugumor (tinggal di tepi sungai), dan suku Tschambuli (tinggal di tepi
danau); Mead menemukan klasifikasi tsb tidak berlaku bagi 3 kelompok tersebut.
Contoh hasil temuan Mead : pada Suku Arapesh ditemukan bahwa Laki-laki &
perempuan cenderung ke arah sifat tolong menolong, tidak agresif, penuh
perhatian pd orang lain, tdk dijumpai dorongan seksualitas kuat ke arah
kekuasaan (Mead dalam Sunarto, 2004:109). Dlm klasifikasi Barat perempuan
dikaitkan dgn ciri kepribadian tertentu spt keibuan, berhati lembut, suka
menolong, emosional, tergantung, manja, peduli thd keperluan orang lain. Di
lain pihak laki-laki memiliki kepribadian keras, agresif, menguasai &
seksualitas kuat..
Mengetahui perbedaan ini penting
karena selama ini pengertian gender dan seks sering dicampuradukkan. Perbedaan
peran, fungsi, hak, dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan bersifat tidak
abadi, tidak kekal dan tidak berlaku universal dan merupakan ciri-ciri non
kodrat yang dibangun dan dibentuk oleh manusia. Ciri-ciri tersebut berbeda dari
masa ke masa, dari satu tempat ke tempat lain, bahkan berbeda dari satu lapisan
sosial dengan lapisan sosial lainnya. Kondisi dimaksud dapat berubah sesuai
dengan perkembangan zaman.
Pengertian Jenis Kelamin dan
Gender
Seks sama dengan jenis kelamin,
mengacu pada perbedaan biologis antara perempuan dan laki-laki; perbedaan scr
biologi ini dibawa sejak lahir dan tidak bisa diubah. Gender adalah perbedaan
peluang, peran, dan tanggung jawab antara laki-laki & perempuan sebagai
hasil konstruksi sosial dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. Gender =
sociological term (sphare), Sex = biological term (sphare). Gen : inti kromosom
dominan dari laki-laki atau perempuan kelak akan menentukan jenis kelamin
anaknya.
Jadi gender merupakan konsep
tentang sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang
dikonstruksi secara sosial maupun kultural yang bisa berubah sesuai dengan
perkembangan zaman. Ciri dari sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang
dapat dipertukarkan. Artinya ada laki-laki yang emosional, lemah lembut,
sementara ada pula perempuan yang keras, perkasa. Atau bisa dikatakan konsep
apa yang membuat seseorang menjadi maskulin atau feminin. Yakni suatu sifat
yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara
sosial maupun kultural yang bisa berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Misalnya : perempuan dikenal lemah lembut, emosional. laki-laki dianggap kuat,
rasional, perkasa.
Kesetaraan dan Keadilan Gender
Ketidak setaraan peran gender
baik dalam sektor domestik maupun publik yang terjadi di semua sektor kehidupan
kemudian menyebabkan bias gender (gender bias). Gender Bias (Gap) : kesenjangan
kondisi & posisi antara laki-laki & perempuan dalam mengaktualisasikan
potensi diri di kehidupan domestik atau publik. Idealnya dalam senuah
masyarakat baik dalam sektor publik maupun domestik tercipta kesetaraan dan
keadilan gender. Kesetaraan gender adalah kondisi yang setara dan seimbang dan
sederajad dalam hubungan peran, kedudukan, fungsi, hak, dan tanggung jawab
antara laki-laki dan perempuan. Cara mewujudkannya ialah dengan menerima
perbedaan kodrati individu laki-laki dan perempuan sebagai hikmah; memahami
kondisi hidup laki-klaki dan perempuan berbeda bahwa perbedaan itu pada dasarnya
karena fungsi kodrati. Keadilan Gender adalah kondisi dan perlakuan yang adil
tanpa ada perbedaan dalam hubungan, peran, fungsi, kedudukan, hak dan tanggung
jawab antara laki-laki dan perempuan. Cara mewujudkannya adalah berperilaku
adil dan tidak adanya pembedaan perlakuan antara laki-laki dan perempuan baik
di rumah, di tempat kerja maupun di masyarakat.
Apa akibat Ketidaksetaraan &
Ketidakadilan Gender
1. Subordinasi (Penomorduaan)
Perempuan
sebagai konco wingking (orang belakang)
Hak dalam
perkawinan perempuan dinomor duakan
Bagian
waris perempuan lebih sedikit
Perempuan
dinomorduakan dlm peluang di bidang politik, jabatan, karir, pendidikan dsb
2. Marginalisasi (Peminggiran)
Upah
perempuan kecil
Izin
usaha perempuan harus diketahui oleh ayah
Permohonan kredit harus seizin suami
Pembatasan di bidang kesempatan kerja bagi perempuan
Kemajuan
teknologi industri meminggirkan peran serta perempuan
3. Beban Ganda (Double Burden)
Perempuan
bekerja di luar maupun di dalam rumah
Laki-laki
bekerja masih harus siskamling
Perempuan
sbg perawat, pendidik anak sekaligus pendamping suami, pencari nafkah tambahan
Laki-laki
mencari nafkah utama sekaligus kepala keluarga
4. Kekerasan (Violence)
Eksploitasi thd perempuan, perkosaan & perempuan jadi obyek iklan
Laki-laki
diharuskan/diharapkan sbg pencari nafkah keluarga, laki-laki bertubuh pendek
dianggap kurang laki-laki, gagal di bidang karir, dilecehkan
5. Stereotype (Pelabelan Negatif)
Perempuan
: sumur, dapur, kasur, macak, masak, manak
Laki-laki
: tulang punggung keluarga, kehebatannya diukur pada kemampuan seksual dan
karirnya, mata keranjang dsb.
Sosialisasi Gender
Gender tidak bersifat biologis
melainkan dikonstruksikan secara sosial. Gender bukan bawaan sejak lahir,
tetapi dipelajari melalui sosialisasi. Oleh karena itu gender dapat berubah.
Kesetaraan gender adalah kondisi
yang setara dan seimbang dan sederajad dalam hubungan peran, kedudukan, fungsi,
hak, dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan. Cara mewujudkannya
ialah dengan menerima perbedaan kodrati individu laki-laki dan perempuan
sebagai hikmah; memahami kondisi hidup laki-klaki dan perempuan berbeda bahwa
perbedaan itu pada dasarnya karena fungsi kodrati.
Keadilan gender adalah kondisi
dan perlakuan yang adil tanpa ada perbedaan dalam hubungan, peran, fungsi,
kedudukan, hak dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan. Cara
mewujudkannya adalah berperilaku adil dan tidak adanya pembedaan perlakuan
antara laki-laki dan perempuan baik di rumah, di tempat kerja maupun di
masyarakat.
Beberapa agen atau pihak yang
melakukan sosialisasi adalah :
Keluarga sebagai agen
sosilalisasi gender.
Sebagaimana bentuk sosialisasi yg
lain, maka sosialisasi gender pun berawal pada keluarga. Keluargalah yg
mula-mula mengajarkan seorang anak laki-laki bersikap maskulin, sementara
perempuan bersikap feminim. Proses pembelajaran gender (gender learning), yaitu
proses pembelajaran feminitas dan maskulinitas yg berlangasung sejak dini,
seseorang mempelajari peran gender (gender role) yg oleh masyarakat dianggap
sesuai dgn jenis kelaminnya.
Proses sosialisasi peran ke dalam
diri perempuan dan laki-laki sejak seseorang dilahirkan. Sejak bayi seorang
anak sudah dibiasakan dengan busana yang jenis dan warnanya dibedakan. Bayi
laki-laki dengan warna biru, sementara bayi perempuan dengan warna pink atau
kuning. Bahkan bayi perempuan kadang-kadang diperlakukan secara lebih ahti0hati
daripada bayi laki-laki.
Salah satu media yangd igunakan
orang tua untuk emmperkuat identitas gender adalah mainan, yaitu dengan
menggunakan mainan berbeda untuk tiap jenis kelamin. Anak perempuan sering
diberikan boneka , sementara anak laki-laki diberi mainan pistolan,
mobil-mobilan, layang-layang dsb. Meskipun juga anak laki-laki kadang diberi
boneka, boneka untuk anak laki-laki diberi semacam hewan yang buas seperti
harimau, beruang sementara anak perempuan diberi boneka seperti bebek, kelinci
dsb.
Sejak kecil juga anak-anak
perempuan dibiasakan untuk mengerjakan pekerjaan rumah seperti memeasak,
menyapu, mengepel, menyetrika, mwenjahit, sementara anak alaki-laki
diperkenalkan dengan pekerjaan seperti pertukangan, alat berat, perbengkelan
dsb.
Bahkan buku cerita anakpun
menonjolkan tokoh laki-laki adakah sosok ambisi, sementara perempuan
dibceritakan sebagai seorang gadis atau ibu yang pasif.
Kelompok Bermain
Kelompok bermain merupakan agen
sosialisasi yang telah sejak dini membentuk perilaku dans ikap anak-anak.
Sebagai contoh dalam permainan seorang anak laki-laki cenderung emmainkan jenis
permainan yang menekankan persainagn., kekuatan fisik, dan keberanian.
Sementara anak perempuan cenderung memainkan permainan yang lebih menekankan
segi kerjasama. Ketika remaja laki-laki harus senantiasa berani dan agresif
terhadap perempuan serta mampu mampu emnerapkan cara untuk dapat ”merebut” dan
”menaklukan” mereka.
Sebagai agen sosialisasi kelompok
bermainpun menerapka kontrol sosial bagi anggota yang tidak menaati aturannya.
Seorang laki-laki yang memilih permainan perempuan akan dicap sebagai ”banci”
dan menghadapi resiko dikucilkan. Hal; serupa dialami oleh anak perempuan yang
apabila berorientasi dengan permainan laki-laki akan dicap ”tomboy”.
Sekolah
Sebagai agen sosialisais gender,
sekolah menerapkan pembelajaran gender melalui media utamanya yaitu kurikulum
formal. Misalnya dalam mata pelajaran prakarya kadang siswa dan siswi
dipisahkan, dimana siswa laki-laki diberi pelajaran pertukangan sementara siswa
perempaun diberi pelajaran di bidang ekonomi ruma tangga, atau menjahit,
menyulam dsb.
Pembekajaran yang lain adalah
melalui buku teks. Sebagai contoh dalam pekerjaan domestik dan publik
digambarkan, ”ayah pergi ke kantor, ibu pergi ke pasar” atau ” tono bermain
layang-layang, tini bermain boneka”.
Media Massa
Media massa berperan sebagai agen
sosialisasi gender melalui sajiannya baik berupa pemberitaan, iklan,
film/sinetron. Dalam iklan misalnya seringkali memperkuat stereotipe gender.
Sebagai contoh iklan yang mempromosikan produk keperluan rumah tangga seperti
sabun cuci, sabun mandi, pasat gigi, minyak goreng, pembasmi serangga, bumbu
masak, mi instan cenderung menampilkan peran perempuan sebagi ibu rumah tangga
maupun ibu, sedangkan iklan yang mempromosikan produk mewah yang merupakan
simbol status dan kesuksesan selalu menggunakan model laki-laki dalam iklannya.
Meskipun iklan juga seringkali
menampilkan perempuan di ranah publik, ettapi sering menekankan pada jenis pekerjaan
yang cenderung dilakukan perempuan seperti sebagai resepsionis, pramugari,
sekretaris, atau kasir bukan pada jabatan yang berstatus tinggi seperti
perseiden direktur bank atau kapten penerbang.
Kekerasan terhadap Perempuan
Dalam interaksinya dengan
laki-laki, kaum perempuan sering mengalami berbagai bentuk kekerasan dibanding
laki-laki. Ada yang berbentuk perkosaan, kekerasan dalam rumah tangga,
kekerasan terhadap pasangan, pelecehan seksual.
Perkosaan
Moore dan Sinclair menyajikan beberapa
fakta mengenai perkosaan dimana ini lebih banyak dialmi oleh perempuan (dalam
Sunarto, 2004:117). Bahkan di media massa pun banyak dijumpai pemberitaan
perkosaan baik yang terjadi di dalam negeri maupun yang dilami oleh para TKW di
luar negeri.
Kekerasan dalam Rumah Tangga
Dalam kehidupan sehari-hari baik
alki-laki maupun perempuan mengalami kekerasan di tangan orang dekatmereka ,
seperti orang tua, kakak, adik, majikan, atau isuami/isteri.
Pelecehan Seksual
Pelecehan seksual (sexual
harrassment) didefiniskan sebagai komentar, isyarat, atau kontak fisik yang
bersifat seks, diulang-ulang, dan tidak dikehendaki.
Pertanyaan :
1. Apakah peran gender bisa
dipertukarkan? Apakah perbedaan peran gender merupakan akibat dari perbedaan
jenis kelamin?
2. Sebutkan beberapa bukti bahwa
proses sosialisasi peran gender di Indonesia sedang berubah!
3. Buatlah daftar harapan
anggota-anggota kelompokmu mengenai harapan peran dirinya dan suami/isteri di
masa mendatang (seperti karir, tugas-tugas rumah tangga, mendidik anak,
belanja, dsb). Bandingkan jawaban antara kelompok laki-laki dan perempuan!
Apakah ada beberapa harapan yang sama antara kedua kelompok laki-laki dan
perempuan tersebut?
0 komentar:
Posting Komentar