Tahap-tahap perkembangan kepribadian setiap individu tidak dapat
disamakan satu dengan yang lainnya. Tetapi secara umum dapat dirumuskan
sebagai berikut.
a. Fase Pertama
Fase pertama dimulai sejak anak berusia satu sampai dua tahun, ketika
anak mulai mengenal dirinya sendiri. Pada fase ini, kita dapat
membedakan kepribadian seseorang menjadi dua bagian penting, yaitu
sebagai berikut.
1) Bagian yang pertama berisi unsur-unsur dasar atas berbagai sikap yang
disebut dengan attitudes yang kurang lebih bersifat permanen dan tidak
mudah berubah di kemudian hari. Unsur-unsur itu adalah struktur dasar
kepribadian (basic personality structure) dan capital personality. Kedua
unsur ini merupakan sifat dasar dari manusia yang telah dimiliki
sebagai warisan biologis dari orang tuanya.
2) Bagian kedua berisi unsur-unsur yang terdiri atas keyakinan-keyakinan
atau anggapan-anggapan yang lebih fleksibel yang sifatnya mudah berubah
atau dapat ditinjau kembali di kemudian hari.
b. Fase Kedua
Fase ini merupakan fase yang sangat efektif dalam membentuk dan
mengembangkan bakat-bakat yang ada pada diri seorang anak. Fase ini
diawali dari usia dua sampai tiga tahun. Fase ini merupakan fase
perkembangan di mana rasa aku yang telah dimiliki seorang anak mulai
berkembang karakternya sesuai dengan tipe pergaulan yang ada di
lingkungannya, termasuk struktur tata nilai maupun struktur budayanya.
Fase ini berlangsung relatif panjang hingga anak menjelang masa
kedewasaannya sampai kepribadian tersebut mulai tampak dengan tipe-tipe
perilaku yang khas yang tampak dalam hal-hal berikut ini.
1) Dorongan-Dorongan (Drives)
Unsur ini merupakan pusat dari kehendak manusia untuk melakukan suatu
aktivitas yang selanjutnya akan membentuk motif-motif tertentu untuk
mewujudkan suatu keinginan. Drivers ini dibedakan atas kehendak dan
nafsu-nafsu. Kehendak merupakan dorongan-dorongan yang bersifat
kultural, artinya sesuai dengan tingkat peradaban dan tingkat
perekonomian seseorang. Sedangkan nafsu-nafsu merupakan kehendak yang
terdorong oleh kebutuhan biologis, misalnya nafsu makan, birahi
(seksual), amarah, dan yang lainnya.
2) Naluri (Instinct)
Naluri merupakan suatu dorongan yang bersifat kodrati yang melekat
dengan hakikat makhluk hidup. Misalnya seorang ibu mempunyai naluri yang
kuat untuk mempunyai anak, mengasuh, dan membesarkan hingga dewasa.
Naluri ini dapat dilakukan pada setiap makhluk hidup tanpa harus belajar
lebih dahulu seolah-olah telah menyatu dengan hakikat makhluk hidup.
3) Getaran Hati (Emosi)
Emosi atau getaran hati merupakan sesuatu yang abstrak yang menjadi
sumber perasaan manusia. Emosi dapat menjadi pengukur segala sesuatu
yang ada pada jiwa manusia, seperti senang, sedih, indah, serasi, dan
yang lainnya.
4) Perangai
Perangai merupakan perwujudan dari perpaduan antara hati dan pikiran
manusia yang tampak dari raut muka maupun gerak-gerik seseorang.
Perangai ini merupakan salah satu unsur dari kepribadian yang mulai
riil, dapat dilihat, dan diidentifikasi oleh orang lain.
5) Inteligensi (Intelligence Quetient-IQ)
Inteligensi adalah tingkat kemampuan berpikir yang dimiliki oleh
seseorang. Sesuatu yang termasuk dalam intelegensi adalah IQ,
memori-memori pengetahuan, serta pengalaman-pengalaman yang telah
diperoleh seseorang selama melakukan sosialisasi.
6) Bakat (Talent)
Bakat pada hakikatnya merupakan sesuatu yang abstrak yang diperoleh
seseorang karena warisan biologis yang diturunkan oleh leluhurnya,
seperti bakat seni, olahraga, berdagang, berpolitik, dan lainnya. Bakat
merupakan sesuatu yang sangat mendasar dalam mengembangkan
keterampilan-keterampilan yang ada pada seseorang. Setiap orang memiliki
bakat yang berbeda-beda, walaupun berasal dari ayah dan ibu yang sama.
c. Fase Ketiga
Pada proses perkembangan kepribadian seseorang, fase ini merupakan fase
terakhir yang ditandai dengan semakin stabilnya perilaku-perilaku yang
khas dari orang tersebut. Pada fase ketiga terjadi perkembangan yang
relatif tetap, yaitu dengan terbentuknya perilaku-perilaku yang khas
sebagai perwujudan kepribadian yang bersifat abstrak. Setelah
kepribadian terbentuk secara permanen, maka dapatdiklasifikasikan tiga
tipe kepribadian, yaitu kepribadian normatif, kepribadian otoriter, dan
kepribadian perbatasan.
1) Kepribadian Normatif (Normative Man)
Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian yang ideal, di mana seseorang
mempunyai prinsip-prinsip yang kuat untuk menerapkan nilai-nilai
sentral yang ada dalam dirinya sebagai hasil sosialisasi pada masa
sebelumnya. Seseorang memiliki kepribadian normatif apabila terjadi
proses sosialisasi antara perlakuan terhadap dirinya dan perlakuan
terhadap orang lain sesuai dengan tata nilai yang ada di dalam
masyarakat. Tipe ini ditandai dengan kemampuan menyesuaikan diri yang
sangat tinggi dan dapat menampung banyak aspirasi dari orang lain.
2) Kepribadian Otoriter (Otoriter Man)
Tipe ini terbentuk melalui proses sosialisasi individu yang lebih
mementingkan kepentingan diri sendiri daripada kepentingan orang lain.
Situasi ini sering terjadi pada anak tunggal, anak yang sejak kecil
mendapat dukungan dan perlindungan yang lebih dari lingkungan
orang-orang di sekitarnya, serta anak yang sejak kecil memimpin
kelompoknya.
3) Kepribadian Perbatasan (Marginal Man)
Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian yang relative labil di mana
ciri khas dari prinsip-prinsip dan perilakunya seringkali mengalami
perubahan-perubahan, sehingga seolah-olah seseorang itu mempunyai lebih
dari satu corak kepribadian. Seseorang dikatakan memiliki kepribadian
perbatasan apabila orang ini memiliki dualisme budaya, misalnya karena
proses perkawinan atau karena situasi tertentu hingga mereka harus
mengabdi pada dua struktur budaya masyarakat yang berbeda.
0 komentar:
Posting Komentar